PRAMUKA
Pengertian Pramuka dan Sejarah Pramuka Pramuka adalah singkatan
dari Praja Muda Karana dan merupakan organisasi atau gerakan kepanduan. Pramuka
adalah sebuah organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan
yang dilaksanakan di Indonesia. Dalam dunia internasional, Pramuka disebut
dengan istilah "Kepanduan"(Boy Scout). Gerakan
Pramuka memiliki kode Kode Kehormatan Pramuka, sebagaimana yang
tertuang dalam Anggaran Dasar Pramuka, Gerakan Pramuka memiliki Kode Kehormatan
yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Darma
Kode Kehormatan Pramuka disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan
rohani dan jasmaninya, yaitu:
- Kode Kehormatan Pramuka Siaga
terdiri atas Dwisatya dan Dwidarma.
- Kode Kehormatan Pramuka
Penggalang terdiri atas Trisatya Pramuka Penggalang dan Dasadarma.
- Kode Kehormatan Pramuka Penegak
dan Pandega terdiri atas Trisatya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dan
Dasadarma.
- Kode Kehormatan Pramuka Dewasa
terdiri atas Trisatya Anggota Dewasa dan Dasadarma.
Lambang Gerakan
Pramuka adalah
gambar silhouette Tunas Kelapa yang diciptakan oleh bapak
Sunardjo, seorang pensiunan Departemen Pertanian. Arti dari lambang
pramuka adalah sebagai berikut:
- Buah Nyiur dalam keadaan tumbuh
dinamakan cikal dan istilah cikal bakal di Indonesia berarti: penduduk
asli yang pertama, yang menurunkan generasi baru. Dengan kata lain lambang
buah Nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan, bahwa tiap Pramuka merupakan inti
bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
- Buah Nyiur dapat bertahan lama
dalam keadaan yang bagaimanapun juga, yang menggambarkan bahwa setiap
Pramuka adalah seorang yang rokhaniah dan jasmaniah sehat, kuat dan ulet
serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan
dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi tanah air dan
bangsa Indonesia.
- Nyiur dapat tumbuh di mana
saja, yang membuktikan besarnya daya-upayanya dalam menyesuaikan dirinya
dengan keadaan sekelilingnya, artinya tiap Pramuka dapat menyesuaikan diri
dalam masyarakat dimana ia berada dan dalam keadaan yang bagaimanapun
juga.
- Nyiur bertumbuh menjulan lurus
ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia. Ini
mencerminkan bahwa tiap Pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus
yakni yang mulia dan jujur dan ia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan
oleh sesuatu.
- Akar Nyiur yang bertumbuh kuat
dan erat di dalam tanah melambangkan bahwa tekad dan keyakinan tiap
Pramuka mempunyai dan berpegang kepada dasar-dasar dan landasan-landasan
yang baik, benar, kuat, dan nyata, ialah tekat dan keyakinan yang dipakai
olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.
- Nyiur adalah pohon serbaguna,
dari ujung hingga akarnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap Pramuka
adalah manusia yang berguna dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada
kepentingan tanah air, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
kepada umat manusia.
1. sejarah pramuka di dunia dan
Indonesia
sejarah
pramuka dunia pertama kali dipelopori oleh Lord Baden Powell atau
nama lengkapnya Robert Sthepenson Smyth Baden Powell of Giwell, seorang warga
negara Inggris yang pernah menjadi tentara. Sejak kecil Baden Powell dikenal
sebagai anak yang mencintai kegiatan luar ruangan (outdoor). Ia sering bermain
di hutan kecil, di samping sekolahnya. Kemah pertama kepanduan yang dipimpin
Baden Powell, terjadi pada tanggal 1 Agustus 1907 yang bertempat di Brownsea
Island, Inggris. Karena itulah, Tanggal 1 Agustus pun ditetapkan sebagai Hari
Kepanduan Dunia.
Perkumpulan Pandu / Kepanduan di Indonesia adalah jelmaan dari organisasi Padvinder /
Padvinderij dari organisasi yang sama di negeri Belanda sedangkan Panvincer /
Panvinderij merupakan jelmaan Boy Scout / Scouting yang di Inggris berdasarkan
buku Scouting for Boys karangan Baden
Powell.
Oleh orang Belanda S.P Smidth, di Batavia (Jakarta) dibentuk Padvinder
untuk anak-anak orang Belanda dengan nama Nederlands Indesche Padvinderij
Vereniging (NIPV) pada tahun 1912.
Antara tahun 1912 – 1916 di Solo
Pangeran Mangkunegoro IV membentuk Javasche Padvinderij Organisatie
(JPO) untuk anak-anak kerabat Mangkunegoro, inilah organisasi pandu pertama
Indonesia. Pendirian JPO ini membuat para remaja dan pemuda daerah lain
tertarik mendirikan organisasi kepanduan. Yang pada waktu itu dianggap sebagai
salah satu cara perjuangan dalam usaha mencapai kemerdekaan. Mulailah berdiri
organisasi serupa seperti Hisbullah Wathan Padvinderij (HW) dibawah organisasi
Muhammadiah, Serikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP) dibawah partai Serikat
Islam, Suryawirawan Padvinderij dibawah Taman Siswa, Jong Java Padvinderij
(JJP), Nationalle Islamitische Padvinderij (NATIVIJ) dan sebagainya.
Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya organisasi Boedi
Oetomo 20 Mei 1908, lalu peristiwa
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang menjiwai Gerakan Kepanduan Nasinal kita
semakin bergerak maju.Walaupun mengadopsi ajaran Badaen Powell, Padvinder di
Jawa tidak sama dengan Padvinder Belanda dan Boy Scout di Inggris,. Organisasi
di Inggris dan Belanda di samping melatih
pesertanya / anggotanya untuk membangun persaudaraan dan mengajarkan
keterampilan juga menanamkan kesadaran berbakti terhadap Raja, sedangkan
Padvinder Jawa menanamkan kesadaran berbangsa
dalam rangka perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Karena adanya program perjuangan kemerdekaan, maka pemerintah Hindia
Belanda melarang menggunakan istilah Padvinder sebagai organisasi kepanduan
kita dan membubarkannya bagi yang bernaung sibawah partai politik , organisasi
kemasyarakatan, dan tidak bolah melakukan kegiatan. Adanya larangan tersebut
untuk menggunakan istilah padvinder, maka dengan cerdik KH AGUS SALIM
menciptakan istilah PANDU dimana organisasi tersebut dikemukakan pertama kali
dalam Kongres SIAP tahun 1908 di Kota Banjarnegara, Banyumas, Jateng (Sehingga
KH Agus Salim dikenal sebagai Bapak Pandu Indonesia )
Dengan meningkatnya kesadaran nasional Indonesia maka timbullah niat
menggerakan persatuan organisasi kepanduan. Pada tahun 1930 dengan adanya INPO
( Indonesische Padvinders Organizatie ), PK ( Pandu Kesultanan ), PPS ( Pandu
Pemuda Sumatera ),menjadi satu organisasi yaitu KBI (
Kepanduan Bangsa Indonesia ) .
Pandu Indonesia pertama kali mengikuti Jambore Dunia V di Volegenzang,
Belanda di tahun 1937 ( Pandu Hindia Belanda ). Kemudian tahun 1931 terbentuk
pula sebuah federasi yang menamakan Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia (PAPS)
yang kemudian berubah menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia
(BPPKI) pada tahun 1938.
Selain sebagai organisasi kader pandu
dan kepanduan dapat juga dipandang sebagai organisasi kependidikan yang menyelenggarakan pendidikan di luar
sekolah dan di luar keluarga yang dalam undang-undang pendidikan di sebut ”
Pendidikan Non Formal ”, sehingga lengkaplah misi kepanduan menjadi tiga, yaitu :
1.
Membangun persaudaraan
2.
Melatih keterampilan
3.
Menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk merebut kemerdekaan
Adanya tiga misi tersebut pemerintah Hindia Belanda
merasa kedudukannya akan terancam, oleh karena itu pandu dan kepanduan
senantiasa di awasi sampai masuknya Jepang ke Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang organisasi ini dilarang dan mereka membentuk
Seinedang dan Keibodang sebagai wadah kegiatan pemuda / pelajar di luar
sekolah. Namun jiwa pandu dengan selogan ”Sekali Pandu Tetap Pandu” . Oleh
karena itu 4 bulan setelah Proklamasi
Kemerdekaan, tanggal 28 Desember 1945 di Solo berdiri Pandu Rakyat Indonesia,
sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di wilayah Negera Republik Indonesia.
Tetapi setelah parpol dan ormas lahir maka
banyak pandu dan kepanduan yang bernaung dibawahnya. Sehingga sampai
dengan tahun 1959 tercatat 100 organisasi pandu. Upaya untuk mempersatukan
pemuda-pemuda tersebut hanya berhasil terbentuknya IPINDO ( Ikatan Pandu
Indonesia ) tanggal 12 September 1951, POPPINDO ( Perhimpunan Organisasi Pandu
Putri Indonesia ) yang terbentuk tahun 1954 dan PKPI ( Persatuan Kepanduan
Putri Indonesia ). Tahun 1951 IPINDO menyelenggarakan Jamnas I di Pasar Minggu
Jakarta.
Adanya perpecahan organisasi pemuda tersebut menimbulkan kekhawatiran
masyarakat akan terjadinya perselisihan dikalangan generasi muda, maka ke tiga
federasi diatas melebur menjadi satu menjadi PERKINDO ( Persatuan Kepanduan
Indonesia ), tetapi hanya 60 organisasi pandu saja yang bergabung dari 100
organisasi yang ada.
Di
dalam faederasi tersebut sebagian 60 organisasi anggota Perkindo terutama yang
sebagai Underbow Orsospol atau ormas tetap berhadap-hadapan berlawanan satu
dengan yang lain, sehingga tetap terasa lemahnya gerakan kepanduan Indonesia.
Kelamahan ini ingin dimanfaatkan oleh
pihak komunis sebagai alasan untuk memaksan gerakan kepanduan di Indonesia
menjadi gerakan pioneer muda seperti di negara-negara komunis.
Atas dasar kekhawatiran tersebut MPRS mengeluarkan Surat Keputusan Nomor
: IX/MPRS/1959 antara lain menetapkan agar organisasi kepanduan di Indonesia
diperhatikan. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut tanggal 9 Maret 1961 Bung
Karno berpidato di Istana Merdeka meminta agar kepanduan di Indonesia
dibebaskan dari paham Baden Powellisme dan untuk itu perlu dibentuk organisasi baru dengan
nama PRAMUKA (Praja Muda Karana) untuk tugas tersebut dengan Kepres RI Nomor 121 tahun 1961 dibentuk Panitia
Pembentukan Pramuka yang terdiri dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Dr. A. Azis
Saleh, Prof. Dr.Priyono, Ahmadi
kemudian ditambah dengan Mulyadi Joyomartono.
Masyarakat awam banyak tidak mengetahui pada saaat pembentukannya telah
terjadi ”Perebutan” antara kelompok Sosialis di bawah pimpinan Prof. Dr.Priyono dengan kelompok Pancasila
dibawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang akhirnya dimenangkan oleh
kelompok Pancasila dengan dikeluarkanya Kepres RI nomor : 238 tahun 1961
tanggal 20 Mei 1961 tentang pembentukan Pramuka bukan Pioneer muda yang diperjuangkan kelompok sosialis /
komunis. Kepres RI tersebut ditandatangani oleh Ir. H. Djuanda selaku Pjs.
Presiden , karena saat itu Bung Karno sedang berada di luar negeri.
Berdasarkan Kepres RI Tentang
pembentukan Gerakan Pramuka tersebut Sri Sultan Hamengkubuwono IX beserta
anggota panitia lain menyusun personalia Kwarnas, dimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Ketua
Kwarnas Pertama (dijuluki Bapak Pramuka Indonesia) dan Dr. A. Azis Saleh sebagai Sekjend Kwarnas
Pertama Gerakan Pramuka, yang kemudian dilantik oleh Presiden RI pada tanggal 14 Agustus 1961 ditandai dengan
penyerahan / peanugrahan Panji Gerakan
Pramuka ( Semacam Bendera ) dengan logo TUNAS KELAPA. Mulai saat itu tanggal 14
Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka dan Bung Karno selaku Presiden RI
sebagai Pramuka tertinggi (Sekarang : Presiden RI sebagai Pramuka Utama). Sejak
itu dibentuk Kwarda Gerakan Pramuka di
Provinsi-provinsi Indonesia termasuk Provinsi Riau.