TATA CARA ADAT JAWA DAN PIDHATO
NAMA : RIZQI WIDI RAHMADANI
NO
: 31
KELAS : 9-8
A. PENDAHULUAN
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum :
21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang.
Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang
diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain.
Salah satu cara yang dipakai untuk melambangkan dua
insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah pernikahan.
Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya sendiri-sendiri.
Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata upacara pernikahan
adat Jawa dipandang dari sudut pandang semiotika.
B. PEMBAHASAN
Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang
kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan
suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna
melakukan prosesi pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari , maka
perlu dimintakan pertimbangan dari ahli penghitungan hari berdasarkan patokan
Primbon Jawa. Setelah ditemukan hari , maka sebulan sebelum akad nikah, secara
fisik calon
pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan cara
diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan istilah beri
jamu, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam
posisi yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu
Jawa agar tubuh ideal dan singset.
Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang seharusnya dilakukan,
baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan.
BABAK I (PEMBICARAAN)
Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama sampai tingkat
melamar.
a. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi
tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta
yang utama ialah menanyakan status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau
sudah ada pihak yang mengikat.
b. Salar
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang
dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
c. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai
pria, maka orang tua, keluarga besar beserta calon mempelai pria datang
berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk saling “dipertontonkan”. Dalam
kesempatan ini orang tua dapat membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka,
gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.
d. Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang
telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan
dilakukan rangkaian upacara pernikahan.
BABAK II (TAHAP KESAKSIAN)
Setelah melalui tahapan pembicaraan,
dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang disaksikan pihak ketiga, seperti
kerabat, tetangga, atau sesepuh.
a. Srah-srahan
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana
untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan barang-barang
yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar dari materinya
sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan
tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk
mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon mempelai.
c. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk
membantu meringankan keluarga pengantin wanita.
d. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang
menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak
yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih
yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
e. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi.
Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal,
dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
BABAK III (TAHAP SIAGA)
Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan
yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.
a. Sedhahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat
undangan,souvenir dan lain lain undanganya dibagi bagikan.
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia yang
terlibat hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan
kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para
pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini
sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan melaporkan
pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang
dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan (penyelesaian administrasi ).
BABAK IV (TAHAPAN RANGKAIAN UPACARA)
a. Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan
mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa
muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta
ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin dilengkapi,
boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk,
nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru,
lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi panti/ asasana
wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara panggih.
Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di perempatan jalan,
sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang
melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa
dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan ini akan
dilakukan pada saat dekorasi pasang-pasang tratag dan lain lain.
d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan
calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih
dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon mempelai mohon
doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria dan wanita) duduk
di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain yang
ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh bapak ibunya sambil
berkata “Niat Ingsung ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon” dan
kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.
e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet.
Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh ayah calon
pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan
pecahan genting sebagai uang.
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang
tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian
merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang
luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang
pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin perempuan akan
memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi
tanggung jawab sang suami.
h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah
keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
i. Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan
ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya. Dalam acara ini
calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok,
kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara
terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi,
acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan
kemampuan mempelai dalam Plangkahan.
BABAK V (PUNCAK ACARA)
Puncak dari rangkaian acara dan merupakan
inti acara.
a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini
adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara
ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi
suami istri.
b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian
dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
• Liron kembar mayang atau saling menukar
kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi
kebahagiaan dan keselamatan.
• Gantal atau lempar sirih dengan harapan
semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
• Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak
telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita
sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
• Minum air degan (air buah kelapa) yang
menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan dengan di-kepyok
bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat berkembang
segala-segalanya dan bahagia lahir batin.
• Masuk ke pasangan bermakna pengantin
menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
• Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke
pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan dengan
harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.
Setelah upacara panggih, kedua mempelai
diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.
• Timbangan atau kedua pengantin duduk di
pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur keseimbangan
masing-masing pengantin.
• Kacar-kucur dijalankan dengan cara
pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa uang
receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarga.
• Dulangan atau kedua pengantin saling
menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan
perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih
(seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru
pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda
seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.
d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya
berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua
darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi orang yang tidak
akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.
e. Sungkeman
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta
mohon doa restu.
f. Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti
busana ada Kirab Pengantin Tradisional Jawa yang lengkap biasanya Komposisi
tariannya dipimpin oleh seorang penari pria yang biasa disebut “Cucuk Lampah”
yang diikuti oleh sepasang gadis remaja yang membawa (Kembar Mayang) dan
diiringi oleh para penari Badaya yang berjalan pelan dan teratur, dewasa ini
pada sebuah perhelatan perkawinan yang menggunakan adat Jawa, setelah proses
kirab selesai selanjutnya digelar sebuah tarian persembahan seperti misalnya,
Srikandi & Arjuna, Badaya, atau Gambyong. Yang diiringi langsung oleh musik
karawitan Jawa, sehingga keseluruhan kirab ini akan menghadirkan nuansa yang
sakral dan agung.
Dan itu tadi adat
istiadat pengantin orang jawa. Seiring berkembangnya zaman,menimbulkan
perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat lebih
memilihkebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
budaya lokal.Begitu banyak faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan
dimasa sekarang ini, misalnyamasuknya budaya asing. Masuknya budaya asing
adalah hal yang wajar dikarenakan suatu negara tentu akan membutuhkan
input-input berupa budaya asing dengan syarat budaya itu sejalan dengan budaya
kita ini. Oleh karena itu kita harus melestarikan budaya adat kita sendiri..
RIZQI WR
2. PIDHATO ACARA RESEPSI PERKAWINAN
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Undangan sedoyo ingkang kulo hormati.
Langkung rumiyen monggo kito sareng-sareng
ngucapaken raos syukur dumateng ngersanipun Allah swt. ingkang samaringi nikmat
lan hidayahipun dumateng kito, sehinggo wakdal niki kito sedoyo saget ndugeni
lan kempal wonten meriki panggenan kanti mboten wonten alangan setunggalin
punopo-punopo. Mugiyo kekempalan kito niki angsal ridhanipun Allah swt. Amiin
Yaa Rabbal Aalamiin.
Semanten ugi shalawat lan salam tetep dipun
limpahaken dumateng Nabi Muhammad saw., keluarganipun, poro sahaba-tipun lan
ugi kaum muslimin sedoyo ingkang purun ngelampahi ajaran Islam kelawan
estu-estu. Mugiyo kito sedoyo niki kelbet umat beliau ingkang purun ngelampahi
ajaran Islam kelawan estu-estu lan leres.
Hadirin, poro undangan sedoyo ingkang kulo
hormati. Sedoyo tiyang ingkang bade utawi sampun kawin lan nikah niku supados
bingah lan bahagiya ing dalem gesang wonten rumah tanggani-pun. Dados sedoyo
mengharapkan kebahagiyaan ing dalem keluarganipun, saking perkawinan lan
nikahipun.
Lan semanten ugi kito kedah sumerap mbok
beleh saben rumah tangga ingkang bahagiya niku kedah dipun wujudaken kelawan
suasana ingkang penuh kasih sayang, rukun, lan harmonis. Kados dawuhipun Allah
swt. ingkang artosipun:
“Lan nok antarane tondo-tondo kekuasa-anipun
(Allah) yaiku Dia nyiptakno kanggo kowe bojo-bojo teko jenismu dewe, supados
kowe cenderung lan roso tentrem marang kowe, lan didadekno roso seneng lan
sayang diantara siroh. Saktemene koyo mengkono iku ngerupekaken tetenger
(tanda) kanggone kaum ingkang mikir.”
(Al Qur’an surat; Ar Ruum, ayat 21). Undangan
sedoyo ingkang kulo hormati.
Semanten ugi kito kedah sumerep mbokbeleh
nyogo ingkang dipun urus lan diagengaken ing dalem rumah tangga ingkang
tenterem ingkang penuh kaliyan raos cinta kasih pasti nyogo kolo wahu bade sahe
prilaku lan lelampahipun, wakdal dewasa mang-keh. Lan katah sanget ing dalem
gesang wonten rumah tangga mboten saget tentrem, amergi gesangipun mboten
ngangge resep utawi petunjuk agami, Sehinggo nyogo ingkang dipun lahiraken lan
dirumat ing dalem rumah tangga kados mekaten akhiripun benjang dados nyogo
ingkang binal lan nakal. Pramilo saking niku masalah rumah tangga ingkang
bahagiya niku kedah wonten kerja sami utawi sang suami bermusyawarah dumateng
sang istri ing dalem memecahkan pinten-pinten perkawis. Supados sang suami lan
istri njagi ing dalem gesangipun sampun ngantos ngelampahi lelampahan ingkang
dipun larang Allah swt. Lan senantiasa ngelampahi sedoyo ingkang dipun perintah
supados dipun tebihaken kaliyan adzab neraka. Kados dawuhipun Allah, ing dalem
Al Qur’an, serat At Tahrim, ayat 6, ingkang artosipun : “He wong-wong kang
podha iman, jogohen awakmu lan keluargamu saking geni neroko ingkang bahan
bakare menungso lan watu.”
Hadirin poro undangan ingkang kulo hormati.
Kito kedah sumerap mbok beleh masalah lan
cobaan wonten rumah tangga niku mesti wonten, nopo keewetan niku ing dalem
harta benda utawi lintunipun. Saking niku wakdal ngalami kesulitan kito kedah
nyuwun dumateng Allah swt. kelawan ngelampahi shalat. Keranten shalat
ngerupekaken senjata ingkang paling mujarab ing dalem nyuwun sesuatu hal saking
Allah swt.
Dados shalat niki ngerupekaken pengendali ing
dalem rumah tangga bahagiya dipun perlukaken sanget, keranten-keranten kelawan
shalat kito saget nyuwun nopo kemawon. Pramilo saking niku, sang suami niku
dados ingkang mimpin lan pribadinipun kedah kanti estu-estu ngelampahi shalat
ing dalem rumah tangganipun lan semanten ugi sedoyo anggota keluarganipun.
Kados dawuhipun Allah wonten Al Qur’an serat Thaaha, ayat kaping 132, ingkang
artosipun :
“Lan perintaho marang keluarga siroh nglakoni
shalat lansabaro siro ing dalem ngelakonane. Ingsun (Allah) ora njaluk rizeki
marang siroh kabeh, kosokwangsulih Ingsun ingkang maringi rizeki marang siroh
kabeh. Lan akibat ingkang saheniku kangge tiyang ingkang takwa.”
Undangan sedoyo ingkang kulo hormati.
Mekaten kolo wahu kata sambutan kulo. Mugiyo
saget kito amalaken ing dalem gesang kito. Sehinggo kebahagiyaan kito raosaken
ing dalem rumah tangga. Lan kulo pribadi nyuwun agunge pangapunten dumateng
panjenengan sedoyo belei wonten kelepatan anggenipun kulo maringi sambutan ing
wakdal niki.
Akhiripun monggo kito gesang niki senantiasa
takwa dumateng teng Allah swt. Sebab kelawan takwa niki sedoyo perkawis ingkang
nyebabaken kerumetan ing dalem rumah tangga saget dipun padosi jalan keluaripun
kanti sahe.
Akhirul
Kalaam. Wassi-lamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.