PROPOSAL TUGAS AKHIR UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH
DETERJEN FOSFAT SKALA RUMAH TANGGA DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN KAYU APU (pistia
stratiotes L.) SEBAGAI PENGURAI
Mata Kuliah :
Metodologi
Penelitian
Rizqi Widi
Rahmadani
H05217021
PROGRAM STUDI
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah rumah
tangga yang dihasilkan oleh aktivitas manusia merupakan sesuatu yang menjadi
topik permasalahan pembangunan perumahan yang sangat tinggi menimbulkan masalah
lingkungan yang terjadi dengan tingginya pembangunan perumahan maka berdampak
bagi lingkungan salah satu yaitu menurunkan kualitas lingkungan seperti air
yang sangat penting bagi kehidupan limbah yang berbentuk cair dihasilkan dari
rumah tangga saat ini merupakan pencemar paling besar yaitu sekitar 86 % yang
menyuplai limbah cair ke badan air
Limbah
cair rumah tangga penyumbang paling tinggi yaitu limbah cair deterjen hasil
dari pencucian baju dan bahan kain lainnya dalam setahun industri pemasok
deterjen dapat memproduksi produk deterjen sebanyak 2,7 juta ton/tahun artinya
deterjen masih tinggi pemakainya terutama skala rumah tangga apabila limbah
cair deterjen dibuang begitu saja ke badan air maka menimbulkan sisi negatif
yang sangat berbahaya busa deterjen mampu menghambat difusi oksigen dari udara
ke permukaan air yang dapat mematikan organisme dalam air (Ayu, 2016)
Deterjen
mempunyai kandungan bahan pelembut, pewangi, pemutih bagi pakaian deterjen juga mengandung
senyawa aktif metilen biru yang sukar terdegradasi sangat bahaya bagi lingkungan perairan limbah cair deterjen mengandung bahan fosfat (PO4)
yang tinggi fosfat merupakan berasal dari Sodium Tripoly Phosphate yang
merupakan bahan dalam deterjen yang juga berfungsi sebagai builder yang
merupakan unsur penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya
menghilangkan mineral kesadahan dalam air sehingga deterjen dapat melakukan secara optimal fosfat yang
berlebih dalam badan air akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.
Tanaman
dengan jenis fitoremediasi tanaman yang manfaatkan bahan bahan kimia dalam
limbah sebagai nutrisi untuk kebutuhan tanaman juga mampu mereduksi polutan organik
dengan cara menyerap langsung bahan yang terkontaminan mengakumulasi
metabolisme non fitotoksik ke dalam sel tanaman dan melepaskan enzim yang dapat
menstimulasi aktivitas mikroba, serta menyerap mineral pada daerah perakaran tanaman.
Tanaman kayu apu merupakan tanaman
fitoremediasi yang mampu menguapkan sejumlah uap air tanaman ini merupakan
jenis tanaman yang sangat mudah dikembangbiakan hal ini tanaman kayu apu termasuk
tanaman fitoremediasi mampu menyerap polutan cair tanaman kayu apu memiliki
kemampuan mengolah limbah yaitu limbah
logam berat, zat organik maupun anorganik, dengan bantuan bakteri aktif
rhizosfer mikroorganisme rhizosfer merupakan kelompok mikroba yang hidup
bersimbiosis di sekitar akar tumbuhan, baik tumbuhan pada habitat tanah atau
air (Safira, 2017)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitan upaya pemanfaatan tanaman fitoremediasi kayu
apu (oistia stratiotes L.) untuk mengurangi pencemaran air limbah deterjen
rumah tangga
·
Mengetahui manfaat tanaman fitoremdiasi
kayu apu
·
Mengetahui kemampuan tanaman kayu apu
untuk menurunkan kadar limbah cair deterjen fosfat dan COD
·
Mengetahui kemampuan tanaman kayu apu
untuk menyerap polutan deterjen
40 %, 80 % dan 120 %
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan dirumuskan menjadi :
·
Apakah tanaman kayu apu mampu menyerap
air limbah deterjen dengan efektif ?
·
Seperti apa sistem pengolahan limbah
cair deterjen dengan tanaman kayu apu ?
Manfaat kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a.
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang manfaat tanaman kayu apu.
b.
Merupakan kegiatan
bagi mahasiswa untuk
mengembangkan keilmuan yang telah dipelajari.
c.
Mengembangkan produk
penelitian untuk memperbaiki
lingkungan
d.
Mengetahui cara mengelola limbah daun deterjen
dengan mengunakan tanaman fitoremeiasi tanaman kayu apu dengan baik dan benar.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga termsuk limbah
domestik yang
merupakan limbah yang berasal dari suatu pemukiman masyarakat dapat berupa
padat dan cair limbah cair banyak dihasilkan oleh kamar mandi, dapur terutama
tempat pencucian piring dan benda lainnya, tempat pencucian pakaian dan benda
kain air limbah dapat dihasilkan dari suatu aktivitas masyarakat dalam sehari
-hari air limbah rumah tangga terdapat ada 2 bagian yaitu air limbah yang
berasal dari mahkluk hidup yaitu berupa tinja dan urine berbentuk cair
(blackwater) serta berasal dari buangan dan limbah cair dapur bekas cucian barang barang dan kamar mandi
(greywater) yang didominasi limbah cair deterjen menurut peraturan Menteri
lingkungan hidup dan kehutan standar baku mutu yang diterapkan yaitu :
Parameter
|
Kadar Maksimum
|
Satuan
|
Derajat Keasaman
|
6 – 9
|
-
|
COD
|
100
|
mg / L
|
BOD
|
30
|
mg / L
|
TSS
|
30
|
mg / L
|
Minyak & Lemak
|
5
|
mg / L
|
Amoniak
|
10
|
mg / L
|
Total coliform
|
3000
|
Jumlah / 100 ml
|
Debit
|
100
|
L / orang / hari
|
Tabel 1 : Standar baku mutu air
limbah domestik (Sumber Menlhk no p.68)
Air limbah domestik menurut Menteri
lingkungan hidup nomor 112 tahun 2003
terdapat dua karakteristik limbah domestik rumah tangga yang paling banyak ditemui yaitu :
·
Limbah cair domestik rumah tangga
yang berasal dari air cucian hasil dari pencucian piring dan barang lainnya, limbah
cair deterjen yang berasal dari hasil pencucian pakaian serta bahan kain
lainnya, minyak hasil dari dapur atau bekas penggorengan, dan pestisida cair yang
berasal dari rumah tangga.
·
Limbah cair yang berasal dari wc seperti aktivitas mandi
seperti sabun cair
pembersih tubuh , sampo cair pembersih rambut, tinja
dari manusia serta air kencing.
Salah satu ciri khas bahwa air tercemar oleh limbah cair yang dihasilkan
rumah tangga yaitu dengan melakukan :
·
Metode pengamatan limbah cair dengan
mengamati secara fisik yaitu langsung berdasarkan tingkat kejernihan air pada
perairan, adanya perubahan suhu, adanya perubahan warna dan menimbulkan bau
yang tidak sedap
terdapat di saluran air pembuangan.
·
Metode pengamatan limbah cair secara
biologis yaitu mengamati beradasarkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat
dalam perairan ada atau tidak adanya bakteri dengan jenis pathogen dengan cara
memeriksa dengan bantuan alat laboratorium untuk menganalisis mikroorganisme yang terkandung.
·
Metode pengamatan limbah cair dengan cara
kimia yang berdasarkan zat kimia yang
terlarut dan perubahan derajat keasaman
No
|
Sifat
|
Penyebab
|
Pengaruh
|
Metode
|
1
|
Kekeruhan
|
Benda
tercampur dan dibuang di perairan seperti padatan,tanah
liat,lemak,garam,benda organik
|
Sinar
matahari terhalang di atas permukaan air
|
Pembiasan
cahaya dan penyerapan
|
2
|
Warna
|
Benda
yang masuk ke perairan yang mempengharui serta merubah ciri fisik air dan menimbulkan perubahan
|
Mengurangi
estetika perairan dan
indikator air tercemar
|
Penyerapan
pada perubahan skala standar
|
3
|
Bau
|
Gas
yang terlarut dalam air, volatile, hasil pembusukan bahan organik
hasil dari penguraian yang menimbulkan aroma tidak sedap
|
Tanda
terdapat pembusukan air limbah sehingga harus diolah dan kualitasi air menurun
|
Kepekaan
terhadap bau dari manusia serta tingkat bau dapat diketahui hasil dari
kepekaan
|
4
|
Benda
padat
|
Bahan anorganik
dan organic yang tercampur pada air selain itu polutan padat yang dibuang ke air dan terurai
|
Mempengharui
jumlah bahan anorganik serta organkc dan indicator kepekatan air limbah
|
Melakukan
Teknik penganalisis jumlah zat padat ss,tss,ds serta analisis gravitasi
|
5
|
Suhu
|
Kondisi udara perairan di
sekitarnya hasil buangan air limbah yang panas atau tidak
|
Mempengharui mikroorganisme
perairan serta memengahrui kadar oksigen dalam perairan
|
Mengukur dengan alat skala celcius
atau Fahrenheit
|
Tabel 2 : Ciri
khas air limbah (Metcalf and Eddy,2003)
2.2 Air Limbah Deterjen
Limbah
deterjen dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang merupakan limbah yang
berbahaya apabila dibuang dengan konsentrasi yang sangat besar limbah deterjen dengan
bahan fosfat bahan aktif deterjen dapat menggangu organisme air dan menurunkan
kualitas air limbah cair deterjen juga mampu menurunkan kualitas lingkungan dengan
kadar fosfat yang sangat tinggi mampu mencemari dengan 25% hingga 30% dengan
ini secara langsung dapat mempegharui lingkungan (Ibrahim, 2017)
Limbah
deterjen merupakan limbah penyumbang mencemari badan perairan sumber utama dari
limbah deterjen ini berasal dari aktivitas rumah tangga peran deterjen dalam kegiatan rumah tangga
sangat banyak selain digunakan untuk mencuci pakaian, deterjen juga digunakan
untuk mencuci peralatan rumah tangga seperti piring, gelas, dan barang lainya
yang bertujuan untuk membersihkan dari kotoran sisa pemakaian deterjen yang dibuang
melalui saluran air dapat menurunkan kualitas perairan dan akan berdampak pada ekosistem di perairan tersebut termasuk organisme
air.
Air yang tercemar limbah deterjen merupakan
bahan utama penyusun deterjen yaitu Natrium Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan
Sodium Tripolyphospat (STPP) kedua bahan sangat sukar diurai di perairan pencemaran
oleh limbah deterjen di perairan juga disebabkan bahan surfaktan dalam limbah deterjen
yaitu alkil benzen sulfonat (ABS) dan linear alkil sulfonat (LAS). Surfaktan
yang tercampur di perairan akan memberi efek difusi oksigen dari udara terhambat
dan menjadi lambat sehingga oksigen yang terlarut dalam air menipis. Efek lain limbah deterjen di perairan dapat terjadi
proses eutrofikasi karena dengan adanya bahan senyawa fosfat dari deterjen yang
dapat memberikan efek tumbuhnya tanaman perairan dan pertumbuhan alga menjadi
lebih banyak didefinisikan sebagai efek blooming limbah cair deterjen dapat
dilakukan dengan metode secara fisik kimiamaupun biologis metode pengolahan
limbah cair deterjen secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
fitoremediasi dengan mengunakan tanaman kayu apu air digunakan sebagai medianya
(I Wayan, 2015)
Limbah
deterjen memiliki sifat alkalis dan mengandung bahan kapur zat dengan adanya
kapur didalam air mengubah air dan mengakibatkan perubahan nilai pH. Faktor pH
berperan penting dalam fitoremediasi karena kondisi pH yang
baik untuk dalam aruh pada kelarutan
unsur hara yang menyebabkan adanya pertumbuhan bagi tanaman. pH yang tinggi
akan menghambat kelarutan unsur hara dan pertumbuhan tanaman menurut (Jurnal
Pena,2016) penyerapan phosphate oleh tanaman berkisar antara 6-8, dibawah atau
diatas angka tersebut maka penyerapan unsur phosphat akan terganggu. (Nurfadillah,
2009)
Gambar 1 : Limbah
Deterjen (Sumber Foto Betahita.com)
2.3 Tanaman Kayu Apu
Tanaman ayu apu
(Pistia stratiotes L.) merupakan tanaman berjenis air yang hidup mengapung di
permukaan air yang tergenang bisa berupa sungai atau danau. Tanaman
fitoremediasi air limbah ini dapat mampu menyerap unsur hara yang terdapat di
dalam air dan merupakan tanaman yang dapat mampu menyerap fosfat pada detergen.
Tanaman ini memiliki menyerap unsur pencemar dalam air limbah penggunaan kayu
apu dalam fitoremediasi pengolahan limbah detergen solusi yang efektif dan
efisien mengingat belum banyak pengolahan limbah cair yang ramah lingkungan.
Efluen dari pengolahan limbah detergen tersebut diharapkan dapat aman dibuang
ke lingkungan karena kandungan bahan pencemarnya telah diserap secara
optimal oleh kayu apu. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas tanaman Kayu apu (Pistia stratiotes L.) sebagai agen penyerap
fosfat pada limbah detergen (Ibrahim, 2017)
Gambar 3
: Tanaman Kayu Apu (Sumber Foto Bukalapak.com)
Sistem fitoremediasi dengan
menggunakan tanaman salah satu sistem pembersihan dan pengurangan zat pencemar
dalam tanah misalnya tanah yang tercemar limbah atau air biasanya di lingkup
danau, sungai, saluran air yang tercemar dengan memanfaatkan tanaman mempunyai
konsep kinerja tersendiri seperti beberapa konsep dasar yaitu fitoekstraksi,
fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi secara
langsung dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997).
Tanaman kayu apu merupakan tanaman air tawar yang tumbuh subur di daerah tropis dan jarang
tumbuh di subtropis.
Tanaman
ini mampu mengapung secara bergerombolan di perairan air tawar kecuali menempel di lingkungan yang terdapat
banyak lumpur tanaman kayu apu juga mampu hidup di genangan air yang sangat
tenang atau mengalir dengan lambat dan stabil karakteristik tanaman kayu apu
memiliki sistem perakaran yang banyak dan terdapat bulu akar yang halus,
panjang, dan lebat. Tanaman kayu apu dipakai untuk mengurangi limbah deterjen
karena tanaman ini banyak hidup di perairan sungai secara liar dan dapat dengan
mudah dibudidayakan benihnya pemanfaatan tanaman kayu apu ini dapat diharapkan
mampu mereduksi kandungan limbah yang terdapat dalam limbah cair deterjen
terutama fosfat. (Wiweka, 2015)
2.4 Mekanisme Fitoremediasi
Sistem
tanaman fitoeremediasi berupa akar serabut, terjurai pada lapisan atas perairan
mampu menyerap polutan tanaman kayu apu mempunyai kelebihan mengikat butiran
polutan yang mampu difungsikan untuk menjernihkan air limbah terutama limbah
yang memiliki kandungan fosfat tanaman kayu apu masuk dalam keluarga Araceae
yang memiliki karakteristik dapat tumbuh subur dan mengapung di permukaan air
dengan sistem perakaran yang terendam di bawah daun yang mengambang di air
tawar. Lebar daun tanaman ini dengan diameter daun 5-14 cm. Menurut (Kelly, 1997) prinsip kerja fitoremediasi terdapat proses sebagai berikut :
·
Fitoekstraksi merupakan sistem penyerapan suatu polutan limbah air oleh akar
tanaman dan mengakumulasi polutan tersebut ke
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang dan daun.
·
Rhizofiltrasi
pemanfaatan
kemampuan akar tanaman yang menjurai
kebawah perairan untuk menyerap, mengendapkan, mengakumulasi polutan
limbah dari air
·
Fitostabilisasi merupakan
keahlian tanaman dalam mengeluarkan suatu senyawa kimia
tertentu untuk mengimobilisasi polutan dalam
air limbah di daerah perakaran tanaman.
·
Fitovolatilisasi
merupakan tanaman dengan kemampuan menyerap polutan
limbah melepaskan ke udara melalui daun yang
terdapat diatas permukaan air akan tetapi poluta misalnya logam berat harus didegradasi dahulu lalu
dilepas (Ghosh, 2005)
Gambar 4 : Sistem Penyerapan Tanaman Kayu Apu (Sumber foto depan Alamendah.org)
2.5 Parameter pendukung Fitoremediasi
2.5.1 Suhu
Suhu sangat berpengaruh untuk sistem fotoremediasi suhu yang
bertambah maka penyerapan kandungan nutrient termasuk fosfat apabila suhu
lingkungan tinggi maka tanaman akan mampu menyerap karena fotosintesis pada
tanaman mengalami peningkatan karena dampak suhu tersebut suhu sekitar 23-25° C merupakan suhu yang sangat normal dalam lingkungan
perairan situasi tersebut sangat mendukung bagi organisme perairan terutama
tanaman yang mampu menyerap kandungan fosfat dengan baik.
2.6.2 pH
Derajat keasaman (Ph)
pada sistem fitoremediasi paling baik yaitu nilai Ph 6 menurut penilitian (Hermawati,
2005) kandungan nilai derajat keasaman deterjen yaitu 9-10,5
peningkatan nilai ph memberikan efek pada sistem tanaman yang berupa proses
metabolisme serta respirasi tanaman derajat keasaman sangat mempengharui proses
penyerapan tanaman pH yang tidak sesuai maka zat tidak dapat maksimal diserap.
2.6.3 Kekeruhan
Kekeruhan sangat berpengaruh karena jika kekeruhan sangat
tinggi dan melampui batas standar dapat berefek pada penyaringan serta
mengurangi proses penjernihan air kekeruhan apabila lebih dari nilai 20 NTU
maka berefek negatif pada organisme air kondisi air keruh terdapat partikel yang
terlarut dan merubah ciri fisik perairan seperti merubah warna air yang keruh
menggangu proses fitoremediasi karena banyaknya partikel yang tersuspensi dalam
air maka tanaman akan kurang maksimal untuk menyerap polutan.
2.6.4 Kadar oksigen
Oksigen terlarut dalam jurnal marine science (2008) kadar
oksigen yang sangat baik dan mendukung perairan yaitu nilai kosigen terlarut
3.00 hingga 5.00 mg/l apabila dibawah
standar nilai tersebut akan membahayakan perairan limbah organick merupakan penyumbang terbesar mampu mengurangi kadar
oksigen yang terlarut dalam perairan kebutuhan oksigen kimiawi
dalam regulasi WHO nilai COD dalam perairan < 20 mg/liter yaitu tidak
tercemar apabila melebihi 200 mg/liter maka otomatis perairan tersebut dalam
tingkat bahaya tercemar.
2.6.5 Massa Tanaman
Berat basah tanaman massa
pada tanaman saling berkaitan pada tanaman fitoremediasi apbila tanaman mampu
menyerap limbah deterjen dengan banyak maka dapat menurunkan berat basah
tanaman yang berasal dari akar semakin
banyak menyerap limbah maka perubahan warna pada akar tanaman berubah dalam
jurnal student of aquatic 2013 pada morfologi tanaman kayu apu pada selang hari
akar tersebut menjadi rontok karena pada tanaman air sistem akar merupakan
bagian tumbuhan yang bersentuhan secara langsung dengan perairan dan dekat
limbah atau polutan cair akar tanaman kayu apu rusak terlebih dahulu
dibandingkan bagian morfologi lain dari tanaman lama waktu fitoremediasi sangat
berpangaruh pada perubahan warna daun pada tanaman kayu apu yang mulai tampak
berwarna hijau kekuningan beberapa tumbuhan muncul tunas baru karena disebabkan
oleh kandungan zat hara yang berkurang dalam air limbah dan terserapnya zat
toksik oleh tanaman warna daun yang berupa kekuningan disebabkan oleh pencemaran
bahan organik. Tumbuhnya akar dan tunas baru merupakan cara tumbuhan ini untuk
tetap bertahan hidup.
BAB 3
METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2021 empat
bulan objek dalam penelitian ini yaitu air
limbah deterjen dan tanaman kayu apu tempat
pelaksanaan penelitian yaitu laboratorium terintegrasi Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya.
3.2 Rencana Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat penunjang penelitian :
·
Wadah / bak tanaman volume 20 L
·
Ember
·
pH Meter
·
Timbangan
analitik
·
Thermometer
·
Spektrofotometer
Bahan penunjang penelitian :
·
Air limbah
deterjen
·
Media tanaman
dari saluran air
·
Air ledeng
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian dengan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu air limbah deterjen dan tanaman kayu apu. Pengukuran
parameter utama yaitu besar persentase penyerapan fosfat pada air limbah deterjen
oleh tanaman Kayu apu penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pola factorial dengan 4 x 4 dengan 4 ulangan untuk
faktor pertama yaitu air limbah deterjen dengan konsentrasi sebanyak 0 %, 40 %,
80 %, dan 120 % untuk faktor yang kedua yaitu tanaman kayu apu yang diambil dari
saluran pipa air limbah.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data
primer merupakan data yang diambil secara langsung di situasi penelitian yang
termasuk analisis kelembapan,suhu, dan pH air limbah di wadah serta hasil
analisis kondisi fisik tanaman setelah diberi perlakuan yang meliputi daun,
perakaran, batang, Panjang tanaman serta diameter tanaman.
Pengumpulan data sekunder berasal
dari refrensi literatur yang sudah ada sebelumnnya yang termasuk buku, jurnal
penelitian, makalah ilmiah, dan laporan hasil penelitian tentang fotoremediasi limbah deterjen dengan tanaman
kayu apu.
3.5 Variabel
Penelitian
·
Variabel Kontrol
: Wadah air tanpa perlakuan, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu
sebanyak 0 % dan 40 %, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu
sebanyak 80 %, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu sebanyak 120 %.
·
Variabel terikat
yaitu limbah cair deterjen
·
Variabel bebas
yaitu Wadah air limbah
3.6 Rancangan Penilitian
Pertama air ledeng dicampur oleh limbah
deterjen dengan konsentrasi 120 %, 80 %, 40 % dn 0% sebagai kontrol waktu
perlakuan selama 15 hari air ledeng sebanyak lima belas liter dari masing –
masing konsentrasi dimasukkan ke bak atau wadah plastic dengan volume dua puluh
liter lalu tanaman kayu ditimbang menggunakan timbangan analitik setelah
ditimbang tanaman kayu apu sebanyak 12 tanaman dimasukan ke bak masing-masing
perlakuan sebanyak empat kali ulangan setelah itu melakukan pengukuran kadar pH
air limbah, oksigen yang terlarut, suhu ruangan dan kelembapan. Perubahan
fisiologis tanaman kayu apu selama satu minggu tanaman dengan umur satu bulan
media air pada bak dibuang diganti kembali pada awal setelah perlakuan air
limbah melakukan pengukuran parameter kimia dan fisika yaitu suhu ruangan, DO oksigen yang terlarut
air, pH derajat keasaman serta alkalinitas yaitu menggunakan metode indikator
warna (Ervina, 2005) . Pengukuran fisik tanaman kayu apu
meliputi panjang perakaran, berat basah tanaman dan klorofil total dengan
menggunakan alat lab spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 663 nm dan
645 nm (Anggarwulan, 2000). Penentuan kandungan air limbah
deterjen fosfat dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis menganalisa
suatu senyawa kimia (Bappedal, 1994)
Data parameter kualitas air limbah detergen meliputi pH, suhu, oksigen terlarut,
sulfat, alkalinitas dan fosfat serta pertumbuhan tanaman air meliputi berat
basah, panjang akar dan klorofil total tanaman kayu setelah perlakuan selanjutnya
dianalisis dengan metode Anava.
Refrensi
Anggarwulan. (2000). Pertumbuhan dan Metabolisme
C Ottelia alismoides (L.) Pers. pada Tinggi Genangan dan Kadar NPK Berbeda.
Yogyakarta: Pascasarjana UGM Press.
Ayu, I. S. (2016). FITOREMEDIASI PHOSPAT LIMBAH CAIR
LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR DAN BAMBU AIR. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia, 222-230.
Ervina, W. S. (2005). Fitoremediasi Limbah Detergen
Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L. ) dan Genjer (Limnocharis flava
L.) . Biosmart, 115-124.
Ghosh, S. (2005). A Review on Phytoremediation of
Heavy Metal and Utilization. Applied Ecology and Environmental Research,
1-18.
I Wayan, D. k. (2015). PENGOLAHAN LARUTAN DETERJEN
DENGAN BIOFILTER TANAMAN KANGKUNGAN (IPOMOEA CRASSICAULIS) DALAM SISTEM BATCH
(CURAH) TERAERASI. Jurnal Kimia, 98-104.
Ibrahim, P. S. (2017). EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
PENYERAPAN ORTHOFOSFAT PADA LIMBAH DETERGEN MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia
stratiotes L.) . Jurnal Of Agritech Science, 29-37.
Kelly. (1997). Ground Water Phythoremediation.
Boston: Environment Press.
Nurfadillah, A. N.
(2009). Fitoremediasi Menggunakan Eceng Gondok. Jurnal Pena, 577-590.
Safira, D. N. (2017). Pemanfaatan Kayu Apu (Pistia
stratiotes) untuk Menurunkan Kadar BOD, COD, dan Fosfat pada Air Limbah
Laundry . Conference Proceeding on Waste Treatment Technology,
103-107.
Wiweka, R. L. (2015). PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DOMESTIK MENGGUNAKANTANAMAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES L.) DENGAN TEKNIK
TANAM HIDROPONIK SISTEM DFT (DEEPFLOWTECHNIQUE) . Jurnal Sumber Daya
Lingkungan, 63-70.
Yusuf. (2007). Fitoremediasi Morfolologi Tanaman.
Bandung: Gramedia Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar