Selasa, 04 Februari 2020

Contoh Proposal Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian


PROPOSAL TUGAS AKHIR UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH DETERJEN FOSFAT SKALA RUMAH TANGGA DENGAN MEMANFAATKAN TANAMAN KAYU APU (pistia stratiotes L.) SEBAGAI PENGURAI







Mata Kuliah :

Metodologi Penelitian



Rizqi Widi Rahmadani

H05217021




PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

2019







BAB 1 

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh aktivitas manusia merupakan sesuatu yang menjadi topik permasalahan pembangunan perumahan yang sangat tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang terjadi dengan tingginya pembangunan perumahan maka berdampak bagi lingkungan salah satu yaitu menurunkan kualitas lingkungan seperti air yang sangat penting bagi kehidupan limbah yang berbentuk cair dihasilkan dari rumah tangga saat ini merupakan pencemar paling besar yaitu sekitar 86 % yang menyuplai limbah cair ke badan air
Limbah cair rumah tangga penyumbang paling tinggi yaitu limbah cair deterjen hasil dari pencucian baju dan bahan kain lainnya dalam setahun industri pemasok deterjen dapat memproduksi produk deterjen sebanyak 2,7 juta ton/tahun artinya deterjen masih tinggi pemakainya terutama skala rumah tangga apabila limbah cair deterjen dibuang begitu saja ke badan air maka menimbulkan sisi negatif yang sangat berbahaya busa deterjen mampu menghambat difusi oksigen dari udara ke permukaan air yang dapat mematikan organisme dalam air (Ayu, 2016)
Deterjen mempunyai kandungan bahan pelembut, pewangi, pemutih bagi pakaian deterjen juga mengandung senyawa aktif metilen biru yang sukar terdegradasi sangat bahaya bagi lingkungan perairan  limbah cair deterjen mengandung bahan fosfat (PO4) yang tinggi fosfat merupakan berasal dari Sodium Tripoly Phosphate yang merupakan bahan dalam deterjen yang juga berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menghilangkan mineral kesadahan dalam air sehingga deterjen dapat melakukan secara optimal fosfat yang berlebih dalam badan air akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.
Tanaman dengan jenis fitoremediasi tanaman yang manfaatkan bahan bahan kimia dalam limbah sebagai nutrisi untuk kebutuhan tanaman juga mampu mereduksi polutan organik dengan cara menyerap langsung bahan yang terkontaminan mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke dalam sel tanaman dan melepaskan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba, serta menyerap mineral pada daerah perakaran tanaman.
 Tanaman kayu apu merupakan tanaman fitoremediasi yang mampu menguapkan sejumlah uap air tanaman ini merupakan jenis tanaman yang sangat mudah dikembangbiakan hal ini tanaman kayu apu termasuk tanaman fitoremediasi mampu menyerap polutan cair tanaman kayu apu memiliki kemampuan  mengolah limbah yaitu limbah logam berat, zat organik maupun anorganik, dengan bantuan bakteri aktif rhizosfer mikroorganisme rhizosfer merupakan kelompok mikroba yang hidup bersimbiosis di sekitar akar tumbuhan, baik tumbuhan pada habitat tanah atau air (Safira, 2017)

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari penelitan upaya pemanfaatan tanaman fitoremediasi kayu apu (oistia stratiotes L.) untuk mengurangi pencemaran air limbah deterjen rumah tangga
·         Mengetahui manfaat tanaman fitoremdiasi kayu apu
·         Mengetahui kemampuan tanaman kayu apu untuk menurunkan kadar limbah cair deterjen fosfat dan COD
·         Mengetahui kemampuan tanaman kayu apu untuk menyerap polutan deterjen 40 %, 80 % dan 120 %

1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan dirumuskan menjadi :
·         Apakah tanaman kayu apu mampu menyerap air limbah deterjen dengan efektif ?
·         Seperti apa sistem pengolahan limbah cair deterjen dengan tanaman kayu apu ?


1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat  kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 
a.      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang manfaat tanaman kayu apu.
b.      Merupakan   kegiatan   bagi   mahasiswa   untuk   mengembangkan keilmuan yang telah dipelajari.
c.       Mengembangkan  produk  penelitian  untuk memperbaiki lingkungan
d.      Mengetahui cara mengelola limbah daun deterjen dengan mengunakan tanaman fitoremeiasi tanaman kayu apu dengan baik dan benar.








BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Limbah Rumah Tangga
            Limbah rumah tangga termsuk limbah domestik yang merupakan limbah yang berasal dari suatu pemukiman masyarakat dapat berupa padat dan cair limbah cair banyak dihasilkan oleh kamar mandi, dapur terutama tempat pencucian piring dan benda lainnya, tempat pencucian pakaian dan benda kain air limbah dapat dihasilkan dari suatu aktivitas masyarakat dalam sehari -hari air limbah rumah tangga terdapat ada 2 bagian yaitu air limbah yang berasal dari mahkluk hidup yaitu berupa tinja dan urine berbentuk cair (blackwater) serta berasal dari buangan dan limbah cair dapur bekas cucian barang barang dan kamar mandi (greywater) yang didominasi limbah cair deterjen menurut peraturan Menteri lingkungan hidup dan kehutan standar baku mutu yang diterapkan yaitu :

Parameter
Kadar Maksimum
Satuan
Derajat Keasaman
6 – 9
-
COD
100
mg / L
BOD
30
mg / L
TSS
30
mg / L
Minyak & Lemak
5
mg / L
Amoniak
10
mg / L
Total coliform
3000
Jumlah / 100 ml
Debit
100
L / orang / hari

Tabel 1 : Standar baku mutu air limbah domestik (Sumber Menlhk no p.68)




            Air limbah domestik menurut Menteri lingkungan hidup nomor 112 tahun 2003  terdapat dua karakteristik limbah domestik rumah tangga yang paling banyak ditemui yaitu :

·         Limbah cair domestik rumah tangga yang berasal dari air cucian hasil dari pencucian piring dan barang lainnya, limbah cair deterjen yang berasal dari hasil pencucian pakaian serta bahan kain lainnya, minyak hasil dari dapur atau bekas penggorengan, dan pestisida cair yang berasal dari rumah tangga.

·         Limbah cair yang berasal dari wc seperti aktivitas mandi seperti sabun cair pembersih tubuh , sampo cair pembersih rambut, tinja dari manusia serta air kencing.

Salah satu ciri khas bahwa air tercemar oleh limbah cair yang dihasilkan rumah tangga yaitu dengan melakukan :

·         Metode pengamatan limbah cair dengan mengamati secara fisik yaitu langsung berdasarkan tingkat kejernihan air pada perairan, adanya perubahan suhu, adanya perubahan warna dan menimbulkan bau yang tidak sedap terdapat di saluran air pembuangan.

·         Metode pengamatan limbah cair secara biologis yaitu mengamati beradasarkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam perairan ada atau tidak adanya bakteri dengan jenis pathogen dengan cara memeriksa dengan bantuan alat laboratorium untuk menganalisis mikroorganisme yang terkandung.

·         Metode pengamatan limbah cair dengan cara kimia yang  berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan derajat keasaman

No
Sifat
Penyebab
Pengaruh
Metode
1
Kekeruhan
Benda tercampur dan dibuang di perairan seperti padatan,tanah liat,lemak,garam,benda organik
Sinar matahari terhalang di atas permukaan air
Pembiasan cahaya dan penyerapan
2
Warna
Benda yang masuk ke perairan yang mempengharui serta merubah ciri fisik air dan menimbulkan perubahan
Mengurangi estetika perairan dan indikator air tercemar
Penyerapan pada perubahan skala standar
3
Bau
Gas yang terlarut dalam air, volatile, hasil pembusukan bahan organik  hasil dari penguraian yang menimbulkan aroma tidak sedap
Tanda terdapat pembusukan air limbah sehingga harus diolah dan kualitasi air menurun
Kepekaan terhadap bau dari manusia serta tingkat bau dapat diketahui hasil dari kepekaan
4
Benda padat
Bahan anorganik dan organic yang tercampur pada air selain itu polutan padat yang dibuang ke air dan terurai
Mempengharui jumlah bahan anorganik serta organkc dan indicator kepekatan air limbah
Melakukan Teknik penganalisis jumlah zat padat ss,tss,ds serta analisis gravitasi
5
Suhu
Kondisi udara perairan di sekitarnya hasil buangan air limbah yang panas atau tidak 
Mempengharui mikroorganisme perairan serta memengahrui kadar oksigen dalam perairan
Mengukur dengan alat skala celcius atau Fahrenheit

Tabel 2 : Ciri khas air limbah (Metcalf and Eddy,2003)

2.2  Air Limbah Deterjen
Limbah deterjen dihasilkan dari aktivitas masyarakat yang merupakan limbah yang berbahaya apabila dibuang dengan konsentrasi yang sangat besar limbah deterjen dengan bahan fosfat bahan aktif deterjen dapat menggangu organisme air dan menurunkan kualitas air limbah cair deterjen juga mampu menurunkan kualitas lingkungan dengan kadar fosfat yang sangat tinggi mampu mencemari dengan 25% hingga 30% dengan ini secara langsung dapat mempegharui lingkungan (Ibrahim, 2017)
Limbah deterjen merupakan limbah penyumbang mencemari badan perairan sumber utama dari limbah deterjen ini berasal dari aktivitas rumah tangga  peran deterjen dalam kegiatan rumah tangga sangat banyak selain digunakan untuk mencuci pakaian, deterjen juga digunakan untuk mencuci peralatan rumah tangga seperti piring, gelas, dan barang lainya yang bertujuan untuk membersihkan dari kotoran sisa pemakaian deterjen yang dibuang melalui saluran air dapat menurunkan kualitas perairan dan akan berdampak  pada ekosistem di perairan tersebut termasuk organisme air.
 Air yang tercemar limbah deterjen merupakan bahan utama penyusun deterjen yaitu Natrium Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphospat (STPP) kedua bahan sangat sukar diurai di perairan pencemaran oleh limbah deterjen di perairan juga disebabkan bahan surfaktan dalam limbah deterjen yaitu alkil benzen sulfonat (ABS) dan linear alkil sulfonat (LAS). Surfaktan yang tercampur di perairan akan memberi efek difusi oksigen dari udara terhambat dan menjadi lambat sehingga oksigen yang terlarut dalam air menipis. Efek  lain limbah deterjen di perairan dapat terjadi proses eutrofikasi karena dengan adanya bahan senyawa fosfat dari deterjen yang dapat memberikan efek tumbuhnya tanaman perairan dan pertumbuhan alga menjadi lebih banyak didefinisikan sebagai efek blooming limbah cair deterjen dapat dilakukan dengan metode secara fisik kimiamaupun biologis metode pengolahan limbah cair deterjen secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan sistem fitoremediasi dengan mengunakan tanaman kayu apu air digunakan sebagai medianya (I Wayan, 2015)
Limbah deterjen memiliki sifat alkalis dan mengandung bahan kapur zat dengan adanya kapur didalam air mengubah air dan mengakibatkan perubahan nilai pH. Faktor pH berperan penting dalam fitoremediasi karena kondisi pH yang baik untuk  dalam aruh pada kelarutan unsur hara yang menyebabkan adanya pertumbuhan bagi tanaman. pH yang tinggi akan menghambat kelarutan unsur hara dan pertumbuhan tanaman menurut (Jurnal Pena,2016) penyerapan phosphate oleh tanaman berkisar antara 6-8, dibawah atau diatas angka tersebut maka penyerapan unsur phosphat akan terganggu. (Nurfadillah, 2009)


Gambar 1 : Limbah Deterjen  (Sumber Foto Betahita.com)

2.3  Tanaman Kayu Apu
            Tanaman ayu apu (Pistia stratiotes L.) merupakan tanaman berjenis air yang hidup mengapung di permukaan air yang tergenang bisa berupa sungai atau danau. Tanaman fitoremediasi air limbah ini dapat mampu menyerap unsur hara yang terdapat di dalam air dan merupakan tanaman yang dapat mampu menyerap fosfat pada detergen. Tanaman ini memiliki menyerap unsur pencemar dalam air limbah penggunaan kayu apu dalam fitoremediasi pengolahan limbah detergen solusi yang efektif dan efisien mengingat belum banyak pengolahan limbah cair yang ramah lingkungan. Efluen dari pengolahan limbah detergen tersebut diharapkan dapat aman dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan pencemarnya telah diserap secara optimal oleh kayu apu. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas tanaman Kayu apu (Pistia stratiotes L.) sebagai agen penyerap fosfat pada limbah detergen (Ibrahim, 2017)



Gambar 3 : Tanaman Kayu Apu (Sumber Foto Bukalapak.com)

            Sistem fitoremediasi dengan menggunakan tanaman salah satu sistem pembersihan dan pengurangan zat pencemar dalam tanah misalnya tanah yang tercemar limbah atau air biasanya di lingkup danau, sungai, saluran air yang tercemar dengan memanfaatkan tanaman mempunyai konsep kinerja tersendiri seperti beberapa konsep dasar yaitu fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi secara langsung dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997). Tanaman kayu apu merupakan tanaman air tawar  yang tumbuh subur di daerah tropis dan jarang tumbuh di subtropis.
Tanaman ini mampu mengapung secara bergerombolan di perairan air tawar  kecuali menempel di lingkungan yang terdapat banyak lumpur tanaman kayu apu juga mampu hidup di genangan air yang sangat tenang atau mengalir dengan lambat dan stabil karakteristik tanaman kayu apu memiliki sistem perakaran yang banyak dan terdapat bulu akar yang halus, panjang, dan lebat. Tanaman kayu apu dipakai untuk mengurangi limbah deterjen karena tanaman ini banyak hidup di perairan sungai secara liar dan dapat dengan mudah dibudidayakan benihnya pemanfaatan tanaman kayu apu ini dapat diharapkan mampu mereduksi kandungan limbah yang terdapat dalam limbah cair deterjen terutama fosfat. (Wiweka, 2015)

2.4  Mekanisme Fitoremediasi
Sistem tanaman fitoeremediasi berupa akar serabut, terjurai pada lapisan atas perairan mampu menyerap polutan tanaman kayu apu mempunyai kelebihan mengikat butiran polutan yang mampu difungsikan untuk menjernihkan air limbah terutama limbah yang memiliki kandungan fosfat tanaman kayu apu masuk dalam keluarga Araceae yang memiliki karakteristik dapat tumbuh subur dan mengapung di permukaan air dengan sistem perakaran yang terendam di bawah daun yang mengambang di air tawar. Lebar daun tanaman ini dengan diameter daun  5-14 cm. Menurut (Kelly, 1997) prinsip kerja  fitoremediasi terdapat  proses sebagai berikut :
·         Fitoekstraksi merupakan sistem  penyerapan suatu polutan limbah air oleh  akar  tanaman  dan mengakumulasi polutan tersebut ke bagian-bagian tanaman seperti akar, batang dan daun.
·         Rhizofiltrasi pemanfaatan kemampuan akar tanaman yang menjurai kebawah perairan untuk menyerap, mengendapkan, mengakumulasi polutan limbah dari air
·         Fitostabilisasi merupakan keahlian tanaman dalam mengeluarkan suatu senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi polutan dalam air limbah di daerah perakaran tanaman.
·         Fitovolatilisasi merupakan tanaman dengan kemampuan menyerap polutan limbah melepaskan ke udara melalui daun yang terdapat diatas permukaan air akan tetapi poluta misalnya logam berat harus didegradasi dahulu lalu dilepas (Ghosh, 2005)


Gambar 4 : Sistem Penyerapan Tanaman Kayu Apu  (Sumber foto depan Alamendah.org)

2.5  Parameter pendukung Fitoremediasi
     2.5.1 Suhu
Suhu sangat berpengaruh untuk sistem fotoremediasi suhu yang bertambah maka penyerapan kandungan nutrient termasuk fosfat apabila suhu lingkungan tinggi maka tanaman akan mampu menyerap karena fotosintesis pada tanaman mengalami peningkatan karena dampak suhu tersebut suhu sekitar 23-25° C merupakan suhu yang sangat normal dalam lingkungan perairan situasi tersebut sangat mendukung bagi organisme perairan terutama tanaman yang mampu menyerap kandungan fosfat dengan baik.
2.6.2 pH     
Derajat keasaman (Ph) pada sistem fitoremediasi paling baik yaitu nilai Ph 6 menurut penilitian (Hermawati, 2005) kandungan nilai derajat keasaman deterjen yaitu 9-10,5 peningkatan nilai ph memberikan efek pada sistem tanaman yang berupa proses metabolisme serta respirasi tanaman derajat keasaman sangat mempengharui proses penyerapan tanaman pH yang tidak sesuai maka zat tidak dapat maksimal diserap.
2.6.3 Kekeruhan
            Kekeruhan sangat berpengaruh karena jika kekeruhan sangat tinggi dan melampui batas standar dapat berefek pada penyaringan serta mengurangi proses penjernihan air kekeruhan apabila lebih dari nilai 20 NTU maka berefek negatif pada organisme air kondisi air keruh terdapat partikel yang terlarut dan merubah ciri fisik perairan seperti merubah warna air yang keruh menggangu proses fitoremediasi karena banyaknya partikel yang tersuspensi dalam air maka tanaman akan kurang maksimal untuk menyerap polutan.
2.6.4 Kadar oksigen
            Oksigen terlarut dalam jurnal marine science (2008) kadar oksigen yang sangat baik dan mendukung perairan yaitu nilai kosigen terlarut 3.00 hingga 5.00 mg/l  apabila dibawah standar nilai tersebut akan membahayakan perairan limbah organick merupakan penyumbang terbesar mampu mengurangi kadar oksigen yang terlarut dalam perairan kebutuhan oksigen kimiawi dalam regulasi WHO nilai COD dalam perairan < 20 mg/liter yaitu tidak tercemar apabila melebihi 200 mg/liter maka otomatis perairan tersebut dalam tingkat bahaya tercemar.
2.6.5 Massa Tanaman      
Berat basah tanaman massa pada tanaman saling berkaitan pada tanaman fitoremediasi apbila tanaman mampu menyerap limbah deterjen dengan banyak maka dapat menurunkan berat basah tanaman yang berasal dari  akar semakin banyak menyerap limbah maka perubahan warna pada akar tanaman berubah dalam jurnal student of aquatic 2013 pada morfologi tanaman kayu apu pada selang hari akar tersebut menjadi rontok karena pada tanaman air sistem akar merupakan bagian tumbuhan yang bersentuhan secara langsung dengan perairan dan dekat limbah atau polutan cair akar tanaman kayu apu rusak terlebih dahulu dibandingkan bagian morfologi lain dari tanaman lama waktu fitoremediasi sangat berpangaruh pada perubahan warna daun pada tanaman kayu apu yang mulai tampak berwarna hijau kekuningan beberapa tumbuhan muncul tunas baru karena disebabkan oleh kandungan zat hara yang berkurang dalam air limbah dan terserapnya zat toksik oleh tanaman warna daun yang berupa kekuningan disebabkan oleh pencemaran bahan organik. Tumbuhnya akar dan tunas baru merupakan cara tumbuhan ini untuk tetap bertahan hidup.
















BAB 3
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
            Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2021 empat bulan objek dalam penelitian ini yaitu air limbah deterjen dan tanaman kayu apu tempat pelaksanaan penelitian yaitu laboratorium terintegrasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

3.2  Rencana Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat penunjang penelitian :
·         Wadah / bak  tanaman volume 20 L
·         Ember
·         pH Meter
·         Timbangan analitik
·         Thermometer
·         Spektrofotometer
Bahan penunjang penelitian :
·         Air limbah deterjen
·         Media tanaman dari saluran air
·         Air ledeng

3.3  Metode Penelitian
Metode penelitian dengan yang digunakan pada penelitian ini yaitu air limbah deterjen dan tanaman kayu apu. Pengukuran parameter utama yaitu besar persentase penyerapan fosfat pada air limbah deterjen oleh tanaman Kayu apu penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola factorial dengan 4 x 4 dengan 4 ulangan untuk faktor pertama yaitu air limbah deterjen dengan konsentrasi sebanyak 0 %, 40 %, 80 %, dan 120 % untuk faktor yang kedua yaitu tanaman kayu apu yang diambil dari saluran pipa air limbah.
3.4  Metode Pengumpulan Data
            Pengumpulan data primer merupakan data yang diambil secara langsung di situasi penelitian yang termasuk analisis kelembapan,suhu, dan pH air limbah di wadah serta hasil analisis kondisi fisik tanaman setelah diberi perlakuan yang meliputi daun, perakaran, batang, Panjang tanaman serta diameter tanaman.
            Pengumpulan data sekunder berasal dari refrensi literatur yang sudah ada sebelumnnya yang termasuk buku, jurnal penelitian, makalah ilmiah, dan laporan hasil penelitian tentang  fotoremediasi limbah deterjen dengan tanaman kayu apu.

3.5  Variabel Penelitian
·         Variabel Kontrol : Wadah air tanpa perlakuan, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu sebanyak 0 % dan 40 %, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu sebanyak 80 %, Wadah air limbah deterjen dengan tanaman kayu apu sebanyak 120 %.
·         Variabel terikat yaitu limbah cair deterjen
·         Variabel bebas yaitu Wadah air limbah




3.6  Rancangan Penilitian
Pertama air ledeng dicampur oleh limbah deterjen dengan konsentrasi 120 %, 80 %, 40 % dn 0% sebagai kontrol waktu perlakuan selama 15 hari air ledeng sebanyak lima belas liter dari masing – masing konsentrasi dimasukkan ke bak atau wadah plastic dengan volume dua puluh liter lalu tanaman kayu ditimbang menggunakan timbangan analitik setelah ditimbang tanaman kayu apu sebanyak 12 tanaman dimasukan ke bak masing-masing perlakuan sebanyak empat kali ulangan setelah itu melakukan pengukuran kadar pH air limbah, oksigen yang terlarut, suhu ruangan dan kelembapan. Perubahan fisiologis tanaman kayu apu selama satu minggu tanaman dengan umur satu bulan media air pada bak dibuang diganti kembali pada awal setelah perlakuan air limbah melakukan pengukuran parameter kimia dan fisika  yaitu suhu ruangan, DO oksigen yang terlarut air, pH derajat keasaman serta alkalinitas yaitu menggunakan metode indikator warna (Ervina, 2005) . Pengukuran fisik tanaman kayu apu meliputi panjang perakaran, berat basah tanaman dan klorofil total dengan menggunakan alat lab spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm (Anggarwulan, 2000). Penentuan kandungan air limbah deterjen fosfat dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis menganalisa suatu senyawa kimia (Bappedal,  1994) Data parameter kualitas air limbah detergen meliputi pH, suhu, oksigen terlarut, sulfat, alkalinitas dan fosfat serta pertumbuhan tanaman air meliputi berat basah, panjang akar dan klorofil total tanaman kayu setelah perlakuan selanjutnya dianalisis dengan metode Anava.














Refrensi

Anggarwulan. (2000). Pertumbuhan dan Metabolisme C Ottelia alismoides (L.) Pers. pada Tinggi Genangan dan Kadar NPK Berbeda. Yogyakarta: Pascasarjana UGM Press.
Ayu, I. S. (2016). FITOREMEDIASI PHOSPAT LIMBAH CAIR LAUNDRY MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR DAN BAMBU AIR. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 222-230.
Ervina, W. S. (2005). Fitoremediasi Limbah Detergen Menggunakan Kayu Apu (Pistia stratiotes L. ) dan Genjer (Limnocharis flava L.) . Biosmart, 115-124.
Ghosh, S. (2005). A Review on Phytoremediation of Heavy Metal and Utilization. Applied Ecology and Environmental Research, 1-18.
I Wayan, D. k. (2015). PENGOLAHAN LARUTAN DETERJEN DENGAN BIOFILTER TANAMAN KANGKUNGAN (IPOMOEA CRASSICAULIS) DALAM SISTEM BATCH (CURAH) TERAERASI. Jurnal Kimia, 98-104.
Ibrahim, P. S. (2017). EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENYERAPAN ORTHOFOSFAT PADA LIMBAH DETERGEN MENGGUNAKAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) . Jurnal Of Agritech Science, 29-37.
Kelly. (1997). Ground Water Phythoremediation. Boston: Environment Press.
Nurfadillah, A. N. (2009). Fitoremediasi Menggunakan Eceng Gondok. Jurnal Pena, 577-590.
Safira, D. N. (2017). Pemanfaatan Kayu Apu (Pistia stratiotes) untuk Menurunkan Kadar BOD, COD, dan Fosfat pada Air Limbah Laundry . Conference Proceeding on Waste Treatment Technology, 103-107.
Wiweka, R. L. (2015). PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK MENGGUNAKANTANAMAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES L.) DENGAN TEKNIK TANAM HIDROPONIK SISTEM DFT (DEEPFLOWTECHNIQUE) . Jurnal Sumber Daya Lingkungan, 63-70.
Yusuf. (2007). Fitoremediasi Morfolologi Tanaman. Bandung: Gramedia Press.






Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solids) pada Air Bersih

Halo guys apakah kamu sudah tahu apakah itu zat padat terlarut (TDS) pada air bersih atau air limbah? Yuk langsung saja kita bahas mengenai ...