Senin, 16 Mei 2016

Lumpur lapindo teori

 semburan lumpur panas itu belum juga berhenti.
 semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo Jawa Timur masih terjadi.
Beberapa wilayah di Porong terus memuntahkan ratusan ribu kubik lumpur panas setiap hari. Perdebatan mengenai penyebab bencana tersebut hingga kini terus berlangsung.
Menurut studi sebelumnya yang dipimpin Stephen Miller di Universitas Bonn, Jerman, lumpur Sidoarjo dipicu oleh gempa bumi pada 6,3 skala Richter yang melanda Yogyakarta dua hari sebelumnya, yang terletak 250 km jauhnya dari Sidoarjo.
Meskipun jarak kejadian kedua peristiwa itu mencapai 250 kilometer, bentuk dan struktur formasi batuan di Sidoarjo memiliki karaketistik mengamplifikasi dan memfokuskan gelombang seismik dari Yogyakarta.

Hasil gambar untuk lumpur lapindo
Sehingga mencairkan sumber lumpur dan menyebabkan tumpahan ke dalam patahan yang terkoneksi dengan sistem hydrothermal yang sangat dalam. Tekanan panas itulah yang menyebabkan terjadinya luapan lumpur.
Namun analisis terbaru mengatakan bencana tersebut muncul karena ada kesalahan eksplorasi gas, bukan gempa. Hal itu disampaikan sebuah tim peneliti dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang menulis penelitiannya dalam jurnal Nature Geosciences.
"Secara keseluruhan, data kami sangat mendukung pemicunya adalah karena manusia," kata salah satu penulis Mark Tingay dari Universitas Adelaide.
Menurut Tingay pencairan sumber lumpur selalu dikaitkan dengan pelepasan gas yang luas, dan pelepasan gas besar ini yang selalu dipertentangkan telah membantu lumpur mengalir ke atas dan menyembur di permukaan.
Namun Tingay melihat bahwa tidak ada pelepasan gas setelah terjadi gempa di Yogyakarta.
Untuk melihat kandungan gas dari formasi batuan di bawah semburan, tim Tingay mengandalkan pada pengukuran sumur pengeboran Lapindo Brantas, di mana catatan rinci dari konsentrasi gas dan komposisi tersimpan selama pengeboran dilakukan.
"Kami berharap ini menutup perdebatan tentang apakah gempa bumi yang menyebabkan bencana yang unik ini," tambah Tingay.
Bencana lumpur Sidoarjo terjadi pada 29 Mei 2006 di tengah sawah di wilayah Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Lumpur tersebut telah menghancurkan banyak desa, pabrik, toko, dan jalan raya. Ratusan nyawa melayang dan sekitar 40.000 orang telah mengungsi.
Sumur terus menyemburkan cairan lumpur sebanyak 30.000 sampai 60.000 meter kubik per hari, menurut pihak Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Muntahan lumpur tersebut, jika ditampung, setara dengan 12 sampai 24 kolam renang ukuran Olimpiade.
Lebih dari 6,5 kilometer persegi kawasan Sidoarjo telah ditenggelamkan oleh 40 lubang lumpur, dengan kerugian ditaksir lebih dari US$ 2,7 miliar.
Untuk mengatasinya, Pemerintah Indonesia telah membuat tanggul sepanjang 20 km dari tanggul dengan ketinggian hingga 10 meter.
Selama ini Lapindo Brantas bersikeras bahwa penyelidikan tidak menemukan bukti yang menghubungkan kegiatan pengeboran dengan terjadinya semburan lumpur panas.
"Ahli geologi Lapindo Brantas percaya semburan lumpur itu terkait dengan aktivitas seismik dari gempa yang terjadi sekitar dua hari sebelumnya," kata situs Lapindo Brantas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solids) pada Air Bersih

Halo guys apakah kamu sudah tahu apakah itu zat padat terlarut (TDS) pada air bersih atau air limbah? Yuk langsung saja kita bahas mengenai ...